Prinsipnya harus ikhlas
Nah, pada tulisan kali ini, saya akan
berbagi informasi tentang salah satu strategi sukses berbisnis. Di zaman yang
semakin maju ini, siapa sih yang gak tertarik untuk berbisnis. Untuk
mendalami dunia bisnis, kita perlu banyak-banyak membaca tentang
strategi-strategi bisnis orang-orang yang sudah sukses didunianya. Kali ini
saya akan berbagi pemikiran Silih Agung Wasesa 2 tahun silam melalui
wawancaranya dengan Harry Tanosa untuk majalah Marketing edisi 12/x/Desember
2010. Beliau mengatakan: “Prinsipnya
harus ikhlas”. Lalu bagaimana ya sebenarnya prinsip ikhlas yang Beliau maksud?!
2
tahun terakhir ini, banyak peristiwa bencana alam seperti gempa dan tsunami
hingga gunung meletus menghiasi headline
media-media massa di Indonesia. Banyak korban tewas akibat peristiwa tersebut,
dan bagi yang selamat tentu membutuhkan
bantuan pertolongan untuk menyambung hidup mereka.
Tentu
saja peristiwa bencana tersebut menimbulkan empati serta kepedulian social dari
berbagai pihak. Bagi perusahaan komersial, bentuk kepedulia social tersebut
diimplementasikan dalam kegiatan CSR yang umumnya meliputi program kepedulian
di bidang kesejahteraan masyarakat, social, dan lingkungan yang terangkum dalam
strategi social marketing yang dicanangkan perusahaan.
Lalu,
sejauh manakah kegiatan social marketing yang dilakukan perusahaan-perusahaan
saat ini? Bagaimana menyikapi kondisi makin banyaknya perusahaan yang
menerapkan strategi tersebut? Untuk lebih jelasnya, berikut petikan wawancara
dengan Silih Agung Wasesa dari Managing Partner AsiaPR.
Apa itu social marketing?
Dalam
konteks sebuah perusahaan komersial, social marketing pada intinya adalah
bagaimana menjadikan isu-isu social untuk meningkatkan pemasaran atau kinerja
merek mereka. Dalam hal ini, ada strategi untuk membangun emotional branding
konsumen dengan situasi social yang ada. Seperti Aqua, yang menggunakan
strategi social marketing. Sekian rupiah dari penjualan Aqua akan didonasikan
untuk member air besih di suatu daerah tertentu.
Sejauh mana kegiatan social marketing sudah dilakukan oleh perusahaan?
Sebetulnya,
sudah banyak kita melihat kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan/lembaga
social. Sebagai contoh, kalau kita bicara soal NGO atau LSM. Saat ini mereka
sudah sangat professional menggunakan pendekatan social marketing. Mulai dari
tanggap bencana seperti di Aceh atau di Padang, dan kemudian di Merapi dan
Mentawai. Kita lihat, semuanya sudah didesain sedemikan rupa dengan branding
yang bagus.; akses untuk para donator yang ingin menyumbang juga dipermudah,
seperti misalnya konsumen sudah bisa menggunakan kartu kredit secara langsung
untuk memberikan donasinya. Semua dirancang sehingga memudahkan orang untuk
menyumbang dan juga memudahkan orang untuk melihat sejauh mana pemanfaatan
sumbangan yang telah diberikan. Akhirnya, hubungan antara donator, LSM ataupun
perusahaan pemilik merek, dan orang-orang yang terkena bencana menjadi lebih
kuat.
Bagaimana menciptakan kegiatan social marketing menjadi unik di mata
konsumen?
Sebenarnya, inti kegiatan social
marketing adalah memberikan solusi atas peristiwa social yang terjadi. Uniknya
adalah ketika program itu sudah menjadi sebuah solusi atas situasi-situasi
social yang terjadi. Semakin memberikan solusi, akan semakin unik dan dinikmati
oleh konsumen.
Sebenarnya output apa yang ingin diraih oleh pemilik brand?
Output-nya adalah bagaimana mengajak
masyarakat untuk berjiwa social. Tapi, outcome-nya adalah ketika masyarakat
tertarik, masyarakat akan membeli banyak produk mereka.
Seberapa besar peranan strategi ini dalam penciptaan brand image?
Sekarang menjadi dominan, terutama di
Eropa dan Amerika. Karena masyarakat semakin sadar, dan mereka hanya akan
membeli dari perusahaan yang bersahabat dengan lingkungan dan social. Jadi, ketika
konsumen melihat sebuah perusahaan cedera secara social, mereka tidak akan
membeli produk-produk perusahaan tersebut. Akhirnya, perusahaan-perusahaan
harus membuktikan bahwa mereka peduli dan berkontribusi terhadap lingkungan
social supaya konsumen mau membeli produk-produk mereka.
Apa saja hambatan dalam menjalankan social marketing?
Biasanya, hambatan terjadi pada
pribadi brand owner-nya. Karena prinsip utama social marketing itu harus tulus.
Tapi, banyak brand owner yang mula-mula melakukan pendekatan social marketing,
kemudian di ujung mereka melakukan pendekatan profit. Itu tidak salah, cuma
saja pada akhirnya ketulusan menjadi tidak kelihatan. Banyak kasus yang
terjadi, dan kemudian ujung-ujungnya mereka hanya melakukan kegiatan di
sekolah-sekolah, tapi efeknya juga tidak ada.
Kedepannya, bagaimana Anda melihat strategi ini?
Tantangan ke depan akan semakin kuat.
Mau tidak mau, perusahaan harus melakukan social marketing dalam strategi
perusahaannya. Karena kesadaran masyarakat kota di kelas menengah dan atas akan
merembet ke kelas bawah dan bergerak menjadi tren. Itu harus diantisipasi dari
sekarang bagi perusahaan-perusahaan yang belum melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar