Selasa, 29 Januari 2013

PROPOSAL PENELITIAN USAHA PEMBIBITAN KAKAO


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.         Latar Belakang
Bumi nusantara yang dikenal sebagai Negara agraris menyadarkan bahwa kebutuhan hidup penduduk dari hasil produksi dilapangan pertanian.
Garis-garis besar Negara mengamanatkan peran serta petani begitu luas dan menyentuh hamper kehidupan manusia Indonesia.
            Kakao merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki prospek yang cukup cerah sebab permintaan dalam negeri semakin kuat dengan berkembangnya sector agroindustri.
Pada masa yang akan datang, komoditi biji cokelat diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan sawit dan karet.
1.2.         Perumusan Masalah
1.         Berapa besar keuntungan pembibitan petani kakao dalam 1 tahun.
2.         Bagaimana efisiensi keuntungan biaya produksi dalam usaha tani kakao. Didesa noling, kecamatan bupon, kabupaten luwu.
1.3.         Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui besarnya keuntungan pembibitan kakao.
2. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan keuntungan biaya produksi dalam usaha bibit kakao.
            Adapun kegunaan penelitian yaitu:
1.   Diharapkan akan memberikan informasi baru bagi kebijaksanaan perkebunan terutama bagi pengembangan tanaman kakao.
2.   Sebagai bahan informasi petani dalam mengusahakan usaha tani kakao agar bias memberikan keuntungan yang lebih baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Tanah Sebagai Faktor Produksi
            Alam adalah salah satu faktor produksi dari empat factor produksi yang kita kenal.
2.2.      Botani Tanaman Kakao
2.2.1.  Sistematika
Sistematika dari tanaman cokelat adalah sebagai berikut:
Divisio             : Spermatophyta
Subdivisio       : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Malvales
Familia            : Steraliceae
Genus              : Theobroma
Species            : Theobroma Cacao
2.2.2.  Morfolog
1.     Akar
Akar cokelat adalah akar tunggang (radix primaria) perakaran cokelat tumbuh cepat pada bibit dari biji yang berkecambah,
2.     Batang
Cokelat dapat tumbuh sampai ketinggian 8 – 10 cm dari pangkal batangnya pada permukaan tanah.
3.     Daun
Daun cokelat terdiri atas tangkai daun dan helai daun.
4.     Bunga
Jumlah bunga cokelat mencapai 5000 – 12000 per pohon per tahun, tetapi jumlah buah matang yang dihasilkannya hanya berkisar satu persen saja.
5.     Buah
Buah cokelat berupa buni yang daging bijinya sangat lunak.
6.     Biji
Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya beragam, yaitu 20 – 50 butir per buah.
2.3.      Syarat Tumbuh
Tanaman kakao memerlukan struktur tanah dan pengairan yang baik, tanah harus lembab, tekstur tanah harus sedang, yang terdiri atas tanah hutan, bekas ladang (tegalan) atau bekas perkebunan seperti karet dan kopi.
Tanaman kakao akan tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki keasaman (pH) 6-7, tidak lebih tinggi dari dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4, Ph yang ideal bagi kakao adalah 5,6 – 7,2. Tanaman kakao tumbuh baik pada daerah yang terletak antara 20o LS dan 20o LU,
2.4.      Intensifikasi
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi bibit yang baik maka perlu menerapkan pola intensifikasi.
2.4.1.  Penggunaan Benih
Sebaiknya bibit diambil dari pohon induk yang sehat, dengan memilih buah yang bebas dari hama dan penyakit. Atau bibit unggul yang bermutu memiliki sifat genetic dengan potensi produktifitas yang tinggi.
2.4.2.  Perkecambahan Benih
 Cara mengecambahkan benih kakao ada dua macam yaitu, dengan karung goni dan dengan media pasir atau bedengan.
1.     Perkecambahan Dengan Karung Goni
 Perkecambahan dengan karung goni lebih praktis dari pada bedengan.
2.     Perkecambahan Dengan Bedengan
 Tanah untuk bedengan harus bebas dari gulma dan batuan. Bedengan harus diratakan, dan diberi penguat dari kayu, bambu atau dari batu merah pada tepi bedengan.
2.4.3.  Pembibitan
Tempat pembibitan kakao perlu memperhatikan beberapa factor yaitu:
1.     Dekat sumber air, mudah diawasi, tempatnya datar, drainasenya baik, terlindung dari angin yang kencang dan sinar matahari langsung, dan tidak terganggu oleh hama.
2.     Tempat pembibitan perlu naungan untuk menahan sinar matahari dan angin yang kencang.
3.     Media polybag adalah campuran dari tanah yang subur (top soil), pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1 atau 2 : 2 : 1.
4.     Polybag yang dipergunakan adalah yang transparan atau berwarna hitam dengan ukuran 30 x 20 cm tebal 0,08 mm dan dengan lubang sebanyak 18.
5.     Sebelum diisi dengan kecambah, polybag diatur dengan jarak 15 x 15 cm atau 15 x 30 cm.
6.     Kemudian disiram dengan air sampai cukup lembab dan bibit ditanam dalam lubang yang dibuat dengan jari atau kayu.
7.     Agar tidak rusak karena penyiraman dan kelembapan terjamin maka dalam polybag dapat diberi seresah dari cincangan rumput yang tidak mengandung biji.
2.4.4.  Pemeliharaan Bibit
         Untuk memperoleh bibit yang baik perlu adanya pemeliharaan sebagai berikut:
1.     Penyiraman
        Penyiraman dilakukan 2 kali sehari sampai umur bibit dua bulan menurut keadaan cuaca.
2.     Penyiangan
        Tempat pembibitan dijaga kebersihannya dari gulma,
3.     Pemupukan
Untuk menjaga kesuburan tanah perlu dilakukan pemupukan pada bibit dalam polybag. Disamping pemupukan melalui tanah, dapat juga diberi pupuk tambahan melalui daun. Pemupukan tumbuhan dapat pula dengan pupuk organic,
4.     Pengaturan naungan
Cara mengurangi naungan adalah dengan mengatur kerapatan naungan. Bila naungan dari daun kelapa atau anyaman bamboo atau daun dan alang pengurangannya dapat dilakukan dengan mudah.
5.     Pengendalian hama dan penyakit
Hama dan penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah ulat kantong, ulat jengkal, belalang, kutu putih, dan penggerek Zeuzera Sp, sedangkan penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah VSD, Phytophora, Palmivora, Colletotrichum, Gloeospo Rivides, dan Corticium Salmonicolor.
2.5.      Hipotesis
1.       Diduga pembibitan kakao didesa noling kecamatan bupon kabupaten luwu yang dilakukan oleh petani memberikan keuntungan.
2.       Diduga efisiensi keuntungan biaya produksi dalam usaha tani kakao didesa noling kecamatan bupon kabupaten luwu. Menunjukkan efisiensi.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
        Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten luwu, lokasi ini sengaja dipilih karena ada sebagian dari petaninya mengusahakan sebagai penjual bibit kakao. Waktu pelaksanaan dari bulan Februari – Maret 2012.
3.2. Tekhnik Pengumpulan Data
        Dalam penelitian ini pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan data pertanyaan atau kuisioner dan wawancara langsung dengan petani responden.
        Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang erat hubungannya dengan penelitian ini.
3.3. Penentuan Responden
        Penentuan responden dilakukan secara acak sederhana yaitu mengambil sampel 10 % dari total populasi sebanyak 250 orang =25 orang.(Sujana, 1992).
3.4. Analisis Data
        Untuk menggambarkan besarnya tingkat keuntungan yang diperoleh petani, dianalisis dengan rumus:
π = TR – TC
Dimana :
        π       = pendapatan bersih (Rp)
        TR    = Total penerimaan (Rp)
        TC    = Total biaya yang dikeluarkan (Rp)
        Untuk mengetahui efisiensi penggunaan biaya produksi kakao maka digunakan rumus:
R/C Ratio =  (soekarwati, 1990)
R/C Ratio > 1 usaha tani kakao efisien
R/C Ratio = 1 usaha tani kakao impas
R/C Ratio < 1 usaha tani kakao rugi
3.5. Defenisi Operasional
        Untuk menjaga jangan sampai ada kerancuan dalam memberikan persepsi maka disusun suatu konsep operasional seperti:
1.          Petani adalah orang yang terlibat langsung dalam proses usaha tani untuk kelangsungan hidupnya.
2.         Pengusaha lahan adalah lahan kebun yang dikuasai oleh seseorang baik sebagai penggarap maupun sebagai pengelola.
3.         Penerimaan adalah jumlah produksi yang diperoleh usaha budidaya tanaman kakao yang dikalikan harga per unit produksi dalam rupiah (Rp).
4.         Pendapatan (keuntungan) adalah selisih dari total penerimaan dengan total biaya produksi dalam rupiah per tahun.
5.         Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dalam rupiah (Rp).
6.         Biaya variable adalah biaya yang bias habis digunakan dalam suatu proses produksi (klik link dibawah ini untuk melanjutkan membaca langsung dari sumbernya).
Sumber:
http://harno-blog.blogspot.com/2012/04/proposal-penelitian-usaha-pembibitan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar