Sabtu, 25 Desember 2010

manajemen


MANAJEMEN BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI

Belajar adalah sebuah panggilan hidup, bukan karena disuruh orang tua/guru/dosen
atau siapapun, tetapi merupakan konsekwensi logik dari kehidupan. Tanpa belajar, kita
tidak dapat melakukan ’proses menjadi’ diri kita. Nah, dalam belajar, sangat penting adanya sebuah manajemen, yaitu manajemen dalam belajar. Jangan disamakan pola belajar saat masih dibangku SMA dengan bangku kuliah. Dalam perkuliahan, dosen tidak memberikan materi kuliah secara gamblang seperti saat kita di SMA. Dosen di perguruan tinggi hanya akan memberikan dan menjelaskan pokok-pokok materinya saja. Jadi, dalam belajar di perguruan tinggi sangat perlu adanya sebuah manajemen dalam belajar untuk setiap mahasiswa. Mahasiswa harus pintar-pintar dalam memanage pola belajar mereka. Inilah manajemen belajar diperguruan tinggi yang saya ketahui:
1.      Cari tahu mengenai topik yang akan dibahas dalam pertemuan kuliah. Bacalah terlebih dulu materi yang akan dibahas dalam perkuliahan, sehingga saat pertemuan kuliah akan lebih mudah mengikuti materi yang disampaikan dosen
2.      Datang beberapa menit sebelum kuliah dimulai. Dengan datang lebih awal, akan jauh lebih tenang dan siap untuk mengikuti kuliah.
3.      Pilih tempat duduk di depan. Tempat duduk akan membantu dalam konsentrasi. Kalo di belakang, biasanya banyak gangguan. Umumnya mereka yang tidak siap mengikuti perkuliahan akan memilih duduk di belakang.
4.      Matikan HP. HP tidak hanya mengganggu kanan kiri, kelas, tetapi pasti akan mengganggu diri sendiri.
5.      Konsentrasikan pikiran pada kuliah. Buang jauh-jauh pikiran yang sering melayang-layang kemana-mana. Selama mengikuti perkuliahan, lupakan aktivitas yang dilakukan sebelum kuliah maupun rencana aktivitas setelah kuliah. Dengan kata lain, harus focus!
6.      Tidak sibuk mencatat. Memahami materi itu jauh lebih penting dibandingkan dengan hanya memiliki catatan lengkap. Catatan kuliah bisa didapat dari ringkasan baca buku, copy transparasi (slide PowerPoint), copy handouts, ataupun copy catatan punya teman.
7.      Ajukan pertanyaan. Ikuti jalan pikir dosen. Jika tidak setuju atau tidak paham apa yang disampaikan dosen, ajukan pertanyaan secara sopan. Jika punya pndapat lain, sampaikan secara jelas. Jangan takut bertanya. Umumnya yang sudah belajar sebelum kuliah, akan punya banyak pertanyaan. Sedangkan kalau kuliah tanpa persiapan, tidak punya pertanyaan. Tidak bertanya bukan berarti sudah paham, bisa jadi memang tidak tahu apa yang harus ditanyakan.
8.      Jawab pertanyaan. Sering dosen mengajukan pertanyaan dalam menjelaskan suatu materi. Dosen sering mengajak diskusi bersama. Jangan takut salah untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jawablah dengan serius. Umumnya dosen tidak akan marah jika jawaban salah, asalkan tidak sembarangan menjawab.
9.      Tunjukkan kemampuan. Kuliah Akuntansi, sudah pasti akan banyak PR. PR kadang dibahas di kelas. Atau kadang ada soal di kelas yang harus dikerjakan di kelas. Dalam pembahasan soal tersebut sering dosen menyuruh maju mahasiswa baik secara sukarela maupun penunjukan. Jangan takut salah, maju saja. Dengan mengerjakan di depan kelas, akan merasa yakin bahwa kita bisa mengerjakannya. Jika pekerjaan kita ternyata salah, kita akan terkesan dan ngga akan mengulangi kesalahan tersebut saat ujian nanti.
10.  Jangan tunda, segera lengkapi pemahaman dengan membaca ulang materi yang sudah dibahas di kelas tadi, begitu kuliah selesai.
11.  Dan yang terakhir, sering-sering membaca buku yang dapat menunjang pengetahuan kita terhadap materi perkuliahan yang sedang dijalani.

Itulah beberapa hal yang saya ketahui tentang manajemen belajar diperguran tinggi. Tapi jujur saja, saya belum sepenuhnya bisa menjalani manajemen belajar seperti yang disebutkan diatas. Cukup sulit untuk konsisten menjalaninya.

MANAJEMEN DIRI SENDIRI UNTUK SUKSES MENCAPAI CITA-CITA

Untuk mencapai kesuksesan, sangat perlu sebuah manajemen diri. Manajemen diri adalah kemampuan untuk mengelola pikiran, perilaku dan perasaan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam manajemen diri terkandung tiga usur utama yakni perasaan (affection), perilaku (behvior) dan pikiran (cognition) yang kemudian disingkat menjadi ABC. Konsep manajemen diri ini mulai dikenalkan oleh Brian Yates (1989) dan pada tahun 1999 self management ini disempurnakan oleh O’Keefe dan Berger dalam bukunya yang berjudul self management on college student: approach ABC. Manajemen diri ini sangat berguna bagi siapa saja yang ingin mengelola dirinya dalam kehidupan yang lebih baik.
Pentingnya sebuah manajemen diri dikarenakan ia adalah salah satu penentu kesuksesan seseorang. memanage diri sendiri memang tidak selamanya mudah. Pasti selalu ada kesulitan didalamnya. Salah satu kesulitan itu karena adanya factor malas yang pasti ada dalam diri setiap orang. Namun demi kesuksesan, kita harus bisa melawan rasa malas itu. Beberapa cara memanage diri yaitu dengan mengatur waktu sehari-hari. Selain itu harus juga ada perencanaan untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Setelah itu laksanakan perencanaan itu dengan baik.
Di dunia ini pastinya ada orang yang berhasil dan ada orang yang gagal. Bukanlah karena mereka punya banyak uang sehingga mereka berhasil dan menjadi orang sukses. Tapi keyakinanlah yang membuat mereka menjadi orang sukses. Jadi , yang membedakan mereka  adalah keyakinan (belief) mereka untuk sukses. Keyakinan yang kuat menghadirkan semua faktor yang diperlukan untuk sebuah keberhasilan, termasuk uang, waktu, pelatih, dan lain-lain.

MENJADI MAHASISWA PLUS (MEMPUNYAI NILAI TAMBAH)

Menjadi mahasiswa dengan nilai tambah itu akan sangat maksimal hasilnya jika kita mempunyai sikap maju yang membara, kebiasaan akademik yang baik, dan keterampilan study yang tepat. Untuk itu semua, perlu adanya semangat, yakni hasrat studi yang sangat bergairah sehingga dapat melakukan konsentrasi penuh. Selain itu perlu adanya tindakan, yakni usaha yang nyata setiap hari untuk melakukan studi dengan perencanaan dan keteraturan sehinga pengetahuan ilmiah senantiasa bertambah luas dan mendalam. Setelah itu, adanya keterampilan yang baik, yakni berbagai sitem , metode, dan teknik yang baik dalam usaha menuntuk ilmu secara tangkas. Aktif dalam berbagai kegiatan kampus juga pastinya akan menjadikan mahasiswa mendapat nilai plus. Nilai plus itu akan sangat bermanfaat untuk mahasiswa kedepannya.

INDONESIA NEGERI BENCANA

Lumatan bencana yang melanda negeri ini menyisakan kepedihan yang merupakan kengerian bagi semua kalangan. Garis kematian pun menghujam Indonesia. Bencana yang terjadi selama ini telah memakan banyak korban, harta, bahkan jiwa. Tak pelak, bila banyak kalangan memancangkan posisi sebagai “negeri bencana”. Letak geografis Indonesia memang rentan bencana. Karena selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga merupakan jalur cincin api pasifik yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif dunia. Lantas, bagaimana pengelolaan negara terhadap bencana?
            Bencana yang terus berlanjut di Indonesia sebenarnya sudah harus mulai diperhitungkan untuk dikelola dalam perspektif manajemen kenegaraan. Maka, bencana pun menjadi urusan negara. Penanganannya menjadi ukuran manajemen Negara.
            Apalagi Indonesia termasuk negara dengan kerusakan alam yang menyebabkan kerentanan sosial yang terhebat di dunia. Kerusakan lingkungan Indonesia tidak diragukan lagi. Sangat parah. Regulasi dan strategi pembangunan negara ini tidak memperhitungkan dan tak mampu mengatasi kerusakan lingkungan. Hasilnya adalah bencana alam yang bertubi-tubi dengan resiko yang dahsyat luar biasa.
            Menyandang predikat "Negara Bencana" adalah sesuatu yang tidak mengenakkan. Untuk  itu, jika Indonesia tak ingin disebut sebagai negara bencana, menurut aktivis IMM, Suherman Hasan, pemimpin harus mampu menghilangkan segala bentuk kerentanan bencana di negeri ini.
            "Peran pemimpin akan sangat menentukan. Negeri ini sangat membutuhkan pemimpin yang mampu mengatasi semua kerentanan bencana. Pemimpin negara yang tak bisa atasi kerentanan bencana bukanlah pemimpin yang bisa memimpin negara. Bangsa yang tak mampu mengusir segala kerentanan bencana bukanlah bangsa yang kuat. Kuat tidaknya sebuah bangsa tergantung kekuatan pemimpin bangsanya," ujarnya.
            Ia melanjutkan, kerentanan bencana di negeri ini adalah tantangan para pemimpin negeri ini juga bangsa ini. "Tantangan kita semua yang mencintai negeri ini. Mengatasi segala kerentanan bencana adalah taruhan harga diri kita semua," imbuh Herman.
            Jika Negara tidak mampu atau lamban dalam menangani bencana. Bukan hal mustahil kerentanan bencana dan seringnya bencana yang tak kunjung surut menimpa Indonesia menjadikan Indonesia sebagai Negara bencana yang pada akhirnya pemimpinnya pun layak disebut pemimpin bencana!

Sumber: www.wartanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar