Senin, 08 Oktober 2012

PENALARAN DAN PENALARAN INDUKTIF


BEBERAPA PENGERTIAN
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar. Di sinilah letaknya kerja penalaran. Orang akan menerima data dan fakta yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Data yang dapat diperguanakan dalam penalaran untuk mencapai satu kesimpulan ini harus berbentuk kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi.
Tujuan Penalaran
Adapun tujuan dari penalaran ialah dengan maksud menemukan sebuah kebenaran atau fakta, penalaran sendiri bertolak dengan ilmu pengetahuan yang telah kita miliki dimana kita memang tau sesuatu yang benar dan yang salah.
Proposisi dan Term
Terlebih dahulu harus diketahui apa yang dimaksud term dalam penalaran. Term adalah kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi.
Contoh:
Semua tebu manis.
Semua tebu adalah term.
Manis adalah term.
Dalam kalimat bumi adalah planet, kata bumi dan planet adalah term. Term dan proposisi mempunyai hubungan yang erat. Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat.
Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat. Dengan demikian, proposisi pasti berbentuk kalimat, tetapi tidak setiap kalimat dapat digolongkan ke dalam proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, dan kalimat inverse tidak dapat disebut proposisi. Kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.
Kalimat berikut ini bukan proposisi.
a)        Bangsa burungkah ayam?
b)        Mudah-mudahan Indonesia menjadi negara makmur.
c)        Berdirilah kamu di pinggir pantai.
Kalimat-kalimat itu dapat diubah menjadi proposisi sebagi berikut.
a)        Ayam adalah burung.
b)        Indonesia menjadi negara makmur.
c)        Kamu berdiri di pinggir pantai.
Dari uraian di atas ini dapat dikatakan bahwa proposisi itu harus terdiri atas subjek dan predikat yang masing-masing dapat diwujudkan dalam kelompoknya sehingga dapat dilihat hubungan kelompok subjek dan kelompok predikat.
Dalam hal hubungan kelompok subjek dan kelompok predikat dalam proposisi, seorang ahli logika bangsa Swiss, Euler, yang hidup pada abad XVIII mengemukakan konsepnya dengan empat jenis proposisi dengan lima macam posisi lingkaran. Lingkaran itu disebut Lingkaran Euler.
Keempat jenis itu adalah sebagai berikut.
1.        Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam predikat.
Semua S adalah semua P
Semua sehat adalah semua tidak sakit.
2.        Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perangkat predikat.
Semua S adalah P
Semua sepeda beroda.
Sebaliknya, suatu perangkat predikat merupakan bagian dari perangkat subjek.
Sebagian S adalah P
Sebagian binatang adalah kera.
3.        Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat. Dengan kata lain, antara subjek dan predikat tidak terdapat relasi.
Tidak satu pun S adalah P
Tidak seorang pun manusia adalah binatang.
4.        Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat predikat.
Sebagian S tidaklah P
Sebagian kaca tidaklah bening.
Jenis-Jenis Proporsisi
Proporsisi dapat dipandang dari empat kriteria, yaitu berdasarkan bentuknya, berdasarkan sifatnya, berdasarkan kualitasnya, dan berdasarkan kuantitasnya. Berdasarkan bentuknya, proposisi dapat dibagi atas proposisi tunggal dan proposisi majemuk. Proposisi tunggal hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh:
Semua petani harus bekerja keras.
Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
Proposisi majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan.
Contoh:
Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
Proposisi majemuk ini sebenarnya terdiri atas dua proposisi, yaitu
Semua petani harus bekerja keras.
dan
Semua petani harus hemat.
Berdasarkan sifatnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi kategorial dan proposisi kondisional. Dalam proposisi kategorial, hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan tanpa syarat.
Contoh:
Semua bemo beroda tiga.
Sebagian binatang tidak berekor.
Dalam proposisi kondisional, hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan suatu syarat tertentu. Syarat itu harus dipenuhi atau diingat sebelum peristiwa dapat berlangsung.
Contoh:
Jika air tidak ada, manusia akan kehausan.
Proposisi ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian sebab dan bagian akibat. Dalam proposisi jika tidak ada air, manusia akan kehausan unsur sebab ialah jika air tidak ada dan unsur akibat ialah manusia akan kehausan. Unsur sebab disebut anteseden dan unsur akibat disebut konsekuen. Anteseden sebuah proposisi harus selalu mendahului konsekuen. Kalau urutannya dibalik, kalimat itu bukanlah proposisi. Proposisi kondisional seperti di atas disebut proposisi kondisional hipotesis. Di samping itu, ada pula proposisi kondisional disjungtif. Proposisi kondisional disjungtif ini mengemukakan suatu alternatif atau pilihan.
Contoh:
Amir Hamzah adalah seorang sastrawan atau pahlawan.
Berdasarkan kualitasnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi positif (afirmatif) dan proposisi negatif. Proposisi positif (afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh:
Semua dokter adalah orang pintar.
Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
Proposisi negatif adalah proposisi yang menyatakan bahwa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan. Dengan kata lain, proposisi negatif meniadakan hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh:
Semua harimau bukanlah singa.
Sebagian orang jompo tidaklah pelupa.
Dalam proposisi kondisional hipotesis, pokok persoalan terletak pada unsur konsekuennya. Kalau konsekuennya positif, proposisi itu juga positif (afirmatif). Kalau konsekuennya negatif, proposisi itu juga negatif. Unsur anteseden tidak memberi pengaruh pada kualitas proposisi.
Contoh:
Jika hari panas, petani tidaklah bekerja. (negatif)
Jika hari tidak panas, petani menjadi senang. (positif, afirmatif)
Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dapat dibagi atas proposisi universal (umum) dan proposisi khusus. Pada proposisi universal (umum), predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjeknya.
Contoh:
Semua dokter adalah orang pintar.
Tidak seorang dokter pun adalah orang yang takpintar.
Semua gajah bukanlah kera.
Tidak seekor gajah pun adalah kera.
Kata-kata yang dapat membantu menciptakan proposisi universal ini ialah
a)        Universal alternatif: semua, setiap, tiap, masing-masing, apa pun
b)        Universal negatif: tidak satu pun, takseorang pun
Pada proposisi khusus, predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contoh:
Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
Tidak semua mahasiswa pandai menyanyi.
Sebagian Pulau Jawa adalah Jawa Barat.
Tidak semua Pulai Jawa adalah Jawa Barat.
Kata-kata yang dapat membantu menciptakan proposisi khusus ialah kata sebagian, sebahagian, banyak, beberapa, sering, kadang-kadang, dalam keadaan tertentu.
Bentuk-Bentuk Proposisi
Berdasarkan dua jenis proposisi, yaitu berdasarkan kualitas (positif dan negatif) dan berdasarkan kuantitas (umum dan khusus) ditemukan empat macam proposisi, yaitu
1)        Proposisi umum-positif; -- disebut proposisi A
2)        Proposisi umum-negatif; -- disebut proposisi E
3)        Proposisi khusus-positif; -- disebut proposisi I
4)        Proposisi umum-negatif; -- disebut proposisi O
Proposisi umum-positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan keseluruhan subjek. (A)
Contoh:
a)        Semua mahasiswa adalah lulusan SMTA.
b)        Semua karya ilmiah mempunyai daftar pustaka.
Proposisi umum-negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari keseluruhan subjek. (E)
Contoh:
a)        Tidak seorang mahasiswa pun lulusan SMTP.
b)        Tidak seekor gajah pun berekor enam.
Proposisi khusus-positif adalah proposisi yang predikatnya memcobenarkan sebagian subjek. (I)
Contoh:
a)        Sebagian mahasiswa adalah anak pejabat.
b)        Sebagian perguruan tinggi dikelola oleh yayasan.
Proposisi khusus-negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari sebagian subjek. (O)
Contoh:
a)        Sebagian mahasiswa tidak mempunyai mobil.
b)        Sebagian perguruan tinggi tidak dikelola oleh yayasan.
PENALARAN INDUKTIF
Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, sempulan yang diperoleh tidak lebih khusus daripada pernyataan (premis).
Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut.
Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.” Hal ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran seperti itu.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Sahih atau tidak sahihnya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal berikut.
1)        Data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan, makin sahih simpulan yang diperoleh.
2)        Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang sahih.
3)        Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.
Generalisasi tanpa loncatan induktif, fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh:
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka berogotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi dengan loncatan induktif, fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh:
Setelah kita memerhatikan jumlah hari pada setiap bulan pada tahun Masehi, kemudian disimpulkan bahwa: Semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari tiga puluh satu. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa ada yang kita tinggalkan.
Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh:
Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut.
1)        Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2)        Analogi digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3)        Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antarmasalah, yaitu sebagai berikut.
a.         Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Di samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
b.        Akibat-Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
c.         Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang meyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain.
Sumber referensi atau daftar pustaka:
Arifin, Zaenal, S. Amran Tasai, 2004. Cermat Berbagasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Edisi Baru. Jakarta: Akademika Pressindo.
Buku Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Edisi Baru, halaman 137 s/d 144 dan halaman 150 s/d 154.
http://xndyx.blogspot.com/2010/02/penalaran.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/penalaran-induktif-19/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar