BEBERAPA PENGERTIAN
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk
menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak
benar. Di sinilah letaknya kerja penalaran. Orang akan menerima data dan fakta
yang benar dan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya.
Data yang dapat diperguanakan dalam penalaran untuk mencapai satu kesimpulan
ini harus berbentuk kalimat pernyataan. Kalimat pernyataan yang dapat
dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi.
Tujuan
Penalaran
Adapun tujuan dari
penalaran ialah dengan maksud menemukan sebuah kebenaran atau fakta, penalaran
sendiri bertolak dengan ilmu pengetahuan yang telah kita miliki dimana kita
memang tau sesuatu yang benar dan yang salah.
Proposisi dan Term
Terlebih dahulu harus diketahui apa yang dimaksud term dalam penalaran. Term adalah kata atau kelompok kata yang
dapat dijadikan subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi.
Contoh:
Semua tebu manis.
Semua tebu adalah
term.
Manis
adalah term.
Dalam kalimat bumi
adalah planet, kata bumi dan planet adalah term. Term dan proposisi
mempunyai hubungan yang erat. Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang
terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah
pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang
membentuk kalimat.
Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat.
Dengan demikian, proposisi pasti berbentuk kalimat, tetapi tidak setiap kalimat
dapat digolongkan ke dalam proposisi. Hanya kalimat berita yang netral yang
dapat disebut proposisi. Kalimat tanya, kalimat perintah, kalimat harapan, dan
kalimat inverse tidak dapat disebut proposisi. Kalimat-kalimat itu dapat
dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang
netral.
Kalimat berikut ini bukan proposisi.
a)
Bangsa
burungkah ayam?
b)
Mudah-mudahan
Indonesia menjadi negara makmur.
c)
Berdirilah
kamu di pinggir pantai.
Kalimat-kalimat itu dapat diubah menjadi proposisi
sebagi berikut.
a)
Ayam
adalah burung.
b)
Indonesia
menjadi negara makmur.
c)
Kamu
berdiri di pinggir pantai.
Dari uraian di atas ini dapat dikatakan bahwa
proposisi itu harus terdiri atas subjek dan predikat yang masing-masing dapat
diwujudkan dalam kelompoknya sehingga dapat dilihat hubungan kelompok subjek
dan kelompok predikat.
Dalam hal hubungan kelompok subjek dan kelompok
predikat dalam proposisi, seorang ahli logika bangsa Swiss, Euler, yang hidup
pada abad XVIII mengemukakan konsepnya dengan empat jenis proposisi dengan lima
macam posisi lingkaran. Lingkaran itu disebut Lingkaran Euler.
Keempat jenis itu adalah sebagai berikut.
1.
Suatu perangkat yang tercakup dalam
subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam predikat.
Semua S adalah semua
P
Semua
sehat adalah semua tidak sakit.
2.
Suatu perangkat yang tercakup dalam
subjek menjadi bagian dari perangkat predikat.
Semua S adalah P
Semua
sepeda beroda.
Sebaliknya,
suatu perangkat predikat merupakan bagian dari perangkat subjek.
Sebagian S adalah
P
Sebagian
binatang adalah kera.
3.
Suatu perangkat yang tercakup dalam
subjek berada di luar perangkat predikat. Dengan kata lain, antara subjek dan
predikat tidak terdapat relasi.
Tidak satu pun S
adalah P
Tidak
seorang pun manusia adalah binatang.
4.
Sebagian perangkat yang tercakup dalam
subjek berada diluar perangkat predikat.
Sebagian S
tidaklah P
Sebagian
kaca tidaklah bening.
Jenis-Jenis Proporsisi
Proporsisi dapat dipandang dari empat kriteria,
yaitu berdasarkan bentuknya, berdasarkan sifatnya, berdasarkan kualitasnya, dan
berdasarkan kuantitasnya. Berdasarkan bentuknya, proposisi dapat dibagi atas
proposisi tunggal dan proposisi majemuk. Proposisi tunggal hanya mengandung
satu pernyataan.
Contoh:
Semua petani harus bekerja keras.
Setiap pemuda adalah calon
pemimpin.
Proposisi
majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan.
Contoh:
Semua petani harus bekerja keras
dan hemat.
Proposisi
majemuk ini sebenarnya terdiri atas dua proposisi, yaitu
Semua petani harus bekerja keras.
dan
Semua petani harus hemat.
Berdasarkan sifatnya, proposisi dapat dibagi atas
proposisi kategorial dan proposisi kondisional. Dalam proposisi kategorial,
hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan tanpa syarat.
Contoh:
Semua bemo beroda tiga.
Sebagian binatang tidak berekor.
Dalam proposisi kondisional, hubungan antara subjek
dan predikat terjadi dengan suatu syarat tertentu. Syarat itu harus dipenuhi
atau diingat sebelum peristiwa dapat berlangsung.
Contoh:
Jika air tidak ada, manusia akan
kehausan.
Proposisi ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian
sebab dan bagian akibat. Dalam proposisi jika
tidak ada air, manusia akan kehausan
unsur sebab ialah jika air tidak ada dan
unsur akibat ialah manusia akan kehausan.
Unsur sebab disebut anteseden dan
unsur akibat disebut konsekuen. Anteseden sebuah proposisi harus selalu
mendahului konsekuen. Kalau urutannya dibalik, kalimat itu bukanlah proposisi.
Proposisi kondisional seperti di atas disebut proposisi kondisional hipotesis. Di samping itu, ada pula proposisi kondisional disjungtif. Proposisi
kondisional disjungtif ini mengemukakan suatu alternatif atau pilihan.
Contoh:
Amir Hamzah adalah seorang
sastrawan atau pahlawan.
Berdasarkan kualitasnya, proposisi dapat dibagi atas
proposisi positif (afirmatif) dan proposisi negatif. Proposisi positif
(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan
antara subjek dan predikat.
Contoh:
Semua dokter adalah orang pintar.
Sebagian manusia adalah bersifat
sosial.
Proposisi negatif adalah proposisi yang menyatakan
bahwa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan. Dengan kata lain,
proposisi negatif meniadakan hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh:
Semua
harimau bukanlah singa.
Sebagian
orang jompo tidaklah pelupa.
Dalam proposisi kondisional hipotesis, pokok
persoalan terletak pada unsur konsekuennya. Kalau konsekuennya positif,
proposisi itu juga positif (afirmatif). Kalau konsekuennya negatif, proposisi
itu juga negatif. Unsur anteseden tidak memberi pengaruh pada kualitas
proposisi.
Contoh:
Jika hari panas, petani tidaklah
bekerja. (negatif)
Jika hari tidak panas, petani
menjadi senang. (positif, afirmatif)
Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dapat dibagi
atas proposisi universal (umum) dan proposisi khusus. Pada proposisi universal
(umum), predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjeknya.
Contoh:
Semua dokter adalah orang pintar.
Tidak seorang dokter pun adalah
orang yang takpintar.
Semua gajah bukanlah kera.
Tidak seekor gajah pun adalah kera.
Kata-kata yang dapat membantu menciptakan proposisi
universal ini ialah
a)
Universal alternatif: semua, setiap,
tiap, masing-masing, apa pun
b)
Universal
negatif: tidak satu pun, takseorang pun
Pada proposisi
khusus, predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian
subjeknya.
Contoh:
Sebagian
mahasiswa gemar olahraga.
Tidak
semua mahasiswa pandai menyanyi.
Sebagian
Pulau Jawa adalah Jawa Barat.
Tidak
semua Pulai Jawa adalah Jawa Barat.
Kata-kata yang
dapat membantu menciptakan proposisi khusus ialah kata sebagian, sebahagian, banyak, beberapa, sering, kadang-kadang, dalam
keadaan tertentu.
Bentuk-Bentuk
Proposisi
Berdasarkan dua
jenis proposisi, yaitu berdasarkan kualitas (positif dan negatif) dan
berdasarkan kuantitas (umum dan khusus) ditemukan empat macam proposisi, yaitu
1)
Proposisi
umum-positif; -- disebut proposisi A
2)
Proposisi
umum-negatif; -- disebut proposisi E
3)
Proposisi
khusus-positif; -- disebut proposisi I
4)
Proposisi
umum-negatif; -- disebut proposisi O
Proposisi
umum-positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan keseluruhan subjek. (A)
Contoh:
a)
Semua
mahasiswa adalah lulusan SMTA.
b)
Semua
karya ilmiah mempunyai daftar pustaka.
Proposisi
umum-negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari keseluruhan subjek.
(E)
Contoh:
a)
Tidak
seorang mahasiswa pun lulusan SMTP.
b)
Tidak
seekor gajah pun berekor enam.
Proposisi
khusus-positif adalah proposisi yang predikatnya memcobenarkan sebagian subjek.
(I)
Contoh:
a)
Sebagian
mahasiswa adalah anak pejabat.
b)
Sebagian
perguruan tinggi dikelola oleh yayasan.
Proposisi khusus-negatif
adalah proposisi yang predikatnya mengingkari sebagian subjek. (O)
Contoh:
a)
Sebagian
mahasiswa tidak mempunyai mobil.
b)
Sebagian
perguruan tinggi tidak dikelola oleh yayasan.
PENALARAN
INDUKTIF
Penalaran induktif
adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan
menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, sempulan yang diperoleh
tidak lebih khusus daripada pernyataan (premis).
Beberapa bentuk
penalaran induktif adalah sebagai berikut.
Generalisasi
Generalisasi adalah
proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat
tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala
dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.”
Hal ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan
memberikan gambaran seperti itu.
Contoh:
Jika
dipanaskan, besi memuai.
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jika
dipanaskan, emas memuai.
Jadi,
jika dipanaskan, logam memuai.
Sahih atau tidak
sahihnya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal berikut.
1)
Data
itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan, makin sahih
simpulan yang diperoleh.
2)
Data
itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan
simpulan yang sahih.
3)
Pengecualian
perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat
dijadikan data.
Generalisasi
tanpa loncatan induktif, fakta yang digunakan belum
mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh:
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia
bahwa mereka adalah manusia yang suka berogotong-royong, kemudian kita
simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka
penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi
dengan loncatan induktif, fakta yang diberikan cukup banyak
dan meyakinkan.
Contoh:
Setelah kita memerhatikan jumlah hari pada setiap
bulan pada tahun Masehi, kemudian disimpulkan bahwa: Semua bulan Masehi
mempunyai hari tidak lebih dari tiga puluh satu. Dalam penyimpulan ini,
keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari pada setiap bulan kita selidiki tanpa
ada yang kita tinggalkan.
Analogi
Analogi adalah cara
penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang
sama.
Contoh:
Nina
adalah lulusan akademi A.
Nina
dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali
adalah lulusan akademi A.
Oleh
sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran
secara analogi adalah sebagai berikut.
1)
Analogi
dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2)
Analogi
digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3)
Analogi
digunakan untuk menyusun klasifikasi.
Hubungan
Kausal
Hubungan kausal
adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel
berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita
temukan. Hujan turun dan jalan-jalan
becek. Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia. Dalam kaitannya
dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antarmasalah, yaitu sebagai berikut.
a.
Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B. Di samping itu,
hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi,
efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
b.
Akibat-Sebab
Akibat-sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa
seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan
sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam penalaran jenis
akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
c.
Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang meyiratkan
penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang
lain.
Sumber
referensi atau daftar pustaka:
Arifin,
Zaenal, S. Amran Tasai, 2004. Cermat
Berbagasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Edisi Baru. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Buku
Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Edisi Baru, halaman 137 s/d
144 dan halaman 150 s/d 154.
http://xndyx.blogspot.com/2010/02/penalaran.html
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/penalaran-induktif-19/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar