Penalaran deduktif bertolak dari
sebuah konklusi atau simpulan yang didapat dari satu atau lebih pernyataan yang
lebih umum. Simpulan yang diperoleh tidak mungkin lebih umum daripada
proporsisi tempat menarik simpulan itu. Proposisi tempat menarik simpulan itu
disebut premis.
Penarikan simpulan (konklusi) secara
deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara
taklangsung.
Menarik
Simpulan Secara Langsung
Simpulan
(konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang
ditarik dari dua premis disebut simpulan taklangsung.
Misalnya:
1.
Semua
S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin
adalah ikan. (simpulan)
2.
Tidak
satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor nyamuk pun adalah
lalat. (premis)
Tidak seekor lalat pun adalah
nyamuk. (simpulan)
3.
Semua
S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua rudal adalah senjata
berbahaya. (premis)
Tidak satu pun rudal adalah
senjata tidak berbahaya.
(simpulan)
4.
Tidak
satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun harimau adalah
singa. (premis)
Semua harimau adalah bukan
singa. (simpulan)
5.
Semua
S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua gajah adalah berbelalai. (premis)
Tidak satu pun gajah adalah
takberbelalai. (simpulan)
Tidak satu pun yang
takberbelalai adalah gajah.
(simpulan)
Menarik
Simpulan Secara Tidak Langsung
Penalaran
deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua
premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan.
Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua
adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk
menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis
(pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan yang semua orang sudah tahu,
umpamanya setiap manusia akan mati, semua
ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua
pohon kelapa berakar serabut.
Beberapa
jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak langsung sebagai berikut.
A.
Silogisme Kategorial
Yang dimaksud
dengan silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis
yang bersifat umum disebut premis mayor
dan premis yang bersifat khusus disebut premis
minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut
term minor dan predikat simpulan
disebut term mayor.
Contoh:
Semua
manusia bijaksana.
Semua
polisi adalah manusia.
Jadi,
semua polisi bijaksana.
Untuk
menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis
mayor dan premis minor. Term penengah pada silogisme di atas ialah manusia. Term penengah hanya terdapat
pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada,
simpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
Semua
manusia tidak bijaksana.
Semua
kera bukan manusia.
Jadi, (tidak ada simpulan).
Aturan umum silogisme kategori adalah sebagai berikut.
a)
Silogisme
harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah.
Contoh:
Semua atlet harus giat
berlatih.
Xantipe adalah seorang atlet.
Xantipe harus giat berlatih.
Term mayor = Xantipe.
Term minor = harus
giat berlatih.
Term menengah = atlet.
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh:
Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.
Dalam premis ini terdapat empat term yaitu gambar, menempel di dinding, dinding, dan
menempel di tiang.
Oleh sebab itu, di sini tidak dapat ditarik simpulan.
b)
Silogisme
terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dam simpulan.
c)
Dua
premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh:
Semua semut bukan ulat.
Tidak seekor ulat pun adalah
manusia.
d) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti
negatif.
Contoh:
Tidak seekor gajah pun adalah
singa.
Semua gajah berbelalai.
Jadi, tidak seekor singa pun
berbelalai.
e)
Dari
premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
Contoh: Silakan Anda buat penalaran itu.
f)
Dari
dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Sebagian orang jujur adalah
petani.
Sebagian pegawai negeri adalah
orang jujur.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
g)
Bila
salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
Semua mahasiswa adalah lulusan
SLTA.
Sebagian pemuda adalah
mahasiswa.
Jadi, sebagian pemuda adalah
lulusan SLTA.
h)
Dari
premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu
simpulan.
Contoh:
Beberapa manusia adalah
bijaksana.
Tidak seekor binatang pun
adalah manusia.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
B.
Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis
adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional
hipotesis.
Kalau premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulannya
juga menolak konsekuen.
Contoh:
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
Jika besi tidak dipanaskan, besi
tidak akan memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tidak akan memuai.
C.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas
premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minornya membenarkan
salah satu alternatif, simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang profesor.
Dia adalah seorang kiai atau
profesor.
Dia bukan seorang kiai.
Jadi, dia seorang profesor.
D.
Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk
silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah
diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia seorang
sarjana”.
Beberapa contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah
menang dalam sayembara itu.
Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen.
Sebaliknya, sebuah entimen dapat diubah menjadi silogisme.
Sumber referensi dan daftar pustaka:
Arifin, Zaenal, S. Amran Tasai, 2004. Cermat Berbagasa
Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Edisi Baru. Jakarta: Akademika Pressindo.
Buku Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi,
Edisi Baru, halaman 144 s/d 150.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar